DALIL-DALIL TENTANG KEUTAMAAN BERDZIKIR
“Dan sesungguhnya mengingat ALLAH itu paling besar.” (QS al-Ankabut:45)
“Maka ingatlah kepada-KU, pasti AKU akan ingat kepadamu.” (QS al-Baqarah:152)
“Dan ingatlah kepada RABB-mu di dalam hatimu dengan merendahkan diri dan
merasa takut, dengan tidak meninggikan suaramu.” (QS al-A’raf:205)
“Wahai orang-orang yang beriman ingatlah kepada ALLAH sebanyak-banyaknya
dan bertasbihlah kepda-NYA pada pagi dan petang hari.” (QS
al-Ahzab:41-42)
MAKNA DZIKIR
Dzikir menurut pemahaman salafus-shalih adalah segala perbuatan yang
dapat mendekatakan diri kepada ALLAH SWT, baik berupa shalat, puasa,
zakat, tasbih, tahmid, takbir, tahlil maupun membicarakan hukum
halal-haram, belajar, memberi nasihat, jual-beli, nikah, hajji, dan
sebagainya. Sepanjang semua itu dilakukan dengan NIAT YANG IKHLAS dan
melakukannya SESUAI DENGAN SYARI’AT, maka itu termasuk dzikir.
Berkata Sa’id bin Jubair ra: Setiap orang yang beramal karena ALLAH adalah orang yang sedang berdzikir kepada-NYA.
Berkata ‘Atha bin abi Rabah: Majlis dzikir adalah majlis yang
membicarakan halal dan haram, serta bagaimana seharusnya kalian
berjual-beli, shalat, puasa, nikah, thalaq, hajji, dll.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN KETIKA BERDZIKIR
1. Niat yang Ikhlas, dalil-dalilnya:
Al-Qur’an: QS al-Bayyinah, 98:5; QS al-Hajj 22:37.
As-Sunnah: Hadits Umar ra yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari-Muslim (Sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya)
Atsar Salafus-Shalih:
Berkata al-Fudhail bin ‘Iyadh: Beramal karena ingin dilihat orang adalah
SYIRIK, meninggalkan amal karena takut dilihat orang adalah RIYA’,
adapaun IKHLAS adalah terjaganya kamu dari kedua hal tersebut.
Berkata al-Harits al-Muhasibi: Orang yang benar ialah tidak peduli pada
penghormatan manusia karena kesucian hatinya. Dan juga tidak suka
diketahui orang kebaikannya walau sebesar biji sawi karena kebaikan
amalnya. Dan iapun tidak benci jika diketahui orang kelemahannya.”
Berkata Abal Qasim al-Qusyairi: Ikhlas ialah mengarahkan ketaatan dengan
niat kepada ALLAH Yg Maha Suci, yaitu menginginkan agar semua
ketaatannya menjadi pendekatan dirinya kepada ALLAH tanpa sedikitpun
keinginan-keinginan lain untuk makhluk, apalagi keinginan dipuji oleh
manusia atau suka diketahui amalnya, atau segala keinginan yang lain
daripada niat taqarrub kepada ALLAH SWT.”
Berkata Muhammad bin Sahal at-Tastari: Para orang yang pandai
menafsirkan ikhlas tidak lebih dari ini: Gerak dan diamnya, baik di
tengah kesepian atau keramaian hanya karena ALLAH saja, tiada bercampur
sedikitpun dengan kehendak nafsu, keinginan diri ataupun keinginan
duniawiah lainnya.
Berkata abu Ali ad-Daqqaq: Ikhlas ialah memelihara diri dari ingin
diperhatikan makhluk. Sedangkan Shiddiq ialah mensucikan diri dari
memenuhi keinginan nafsu.
Berkata Dzan Nun al-Mishri: Tanda ikhlas itu ada 3: Pertama, jika dipuji
dan dicela orang tidak berpengaruh baginya. Kedua, jika ia beramal
tidak riya’. Ketiga, jika amal yang dilakukan hanya untuk pahala
akhirat.
2. Keutamaan Majlis Dzikir: Berzikir dalam majlis adalah disunnahkan, berdasarkan hadits-hadits berikut ini:
Nabi SAW bersabda: “Jika kalian melewati kebun-kebun syurga maka
nikamtilah oleh kalian. Para sahabat ra bertanya: Wahai rasuluLLAH,
apakah kebun syurga itu? Jawab nabi SAW: yaitu majelis-majelis dzikir,
karena ALLAH memiliki malaikat-malaikat yang selalu mencari
majelis-majelis dzikir. Apabila mereka menemukannya maka mereka akan
duduk bersama-bersama orang yang berdzikir itu.” (HR Muttafaq ‘alaih,
dari Ibnu Umar)
Dalam hadits lainnya: “Rasul SAW keluar dari rumahnya menuju sebuah
majlis tempat berkumpul para sahabatnya, lalu beliau bersabda: Mengapa
kalian duduk-duduk bersama disini? Jawab mereka: Kami disini bertahmid
atas hidayah dan nikmat yang telah diberikan-NYA kepada kami sehingga
kami memeluk agama Islam. Kata nabi SAW: Demi ALLAH, apakah benar kalian
duduk disini hanya karena itu? Aku tidak minta kalian bersumpah tapi
Jibril telah datang kepadaku dan meberitahukan bahwa ALLAH SWT telah
membanggakan kalian dihadapan para malaikat.” (HR Muslim dari
Mu’awiyyah)
Dalam hadits yang lain disebutkan: Bersabda nabi SAW: “Tiada suatu kaum
yang duduk-duduk sambil berdzikir pada ALLAH, melainkan para malaikat
datang berkumpul, dan rahmat ALLAH meliputi mereka, dan ketentraman
turun kepada mereka, dan nama-nama mereka disebutkan satu-persatu oleh
ALLAH SWT dihadapan para malaikat yang ada disisi-NYA.” (HR Muslim dari
Abu Sa’id al-Khudri dan Abu Hurairah)
3. Hendaknya dzikir dilakukan dengan hati dan lisan, dan tidak
keras-keras tapi juga tidak terlalu pelan, berdasarkan ayat: “Dan jangan
kamu nyaringkan suaramu ketika shalat dan jangan pula kamu
merendahkannya, tetapi hendaklah kamu lakukan diantara keduanya.” (QS
al-Isra, 17:110)
4. Dzikir bagi orang yang tidak bersuci. Menurut ijma’ ulama boleh saja
berdzikir dengan lisan ataupun hati bagi orang yang tidak bersuci, baik
ia sedang junub, haidh, keluar darah, nifas. Baik ia membaca tasbih,
tahmid, tahlil, shalawat, dll. Adapun jika membaca al-Qur’an maka para
ulama berbeda pendapat, menurut mazhab Syafi’i dibolehkan membaca
al-Qur’an bagi wanita haidh dan nifas jika telah berwudhu’ atau
bertayammum (lih. kitab al-Adzkar, hal. 39, Imam Nawawi).
5. Sikap ketika berdzikir. Hendaknya dengan duduk sopan menghadap kiblat
dengan khusyu’. Tetapi jika tidak memungkinkan maka tidak mengapa
dengan kondisi apa saja yang memungkinkan karena hal tersebut merupakan
afdhal (keutamaan) saja. Berdasarkan ayat: “Dan orang-orang yang
berdzikir kepada ALLAH sambil berdiri, duduk dan berbaring dan mereka
memikirkan penciptaan langit dan bumi.” (QS Ali-Imran, 3:190-191), juga
dalam hadits: Dari A’isyah ra berkata ; “RasuluLLAH SAW bersandar
dipangkuanku sedangkan aku dalam keadaan haidh, dan beliau membaca
al-Qur’an.” (HR Bukhari dan Muslim)
6. Tempat yang terlarang berdzikir. Seperti ketika buang air,
berhubungan suami-istri, saat mendengarkan khutbah, saat berdiri shalat
membaca Fatihah dan saat mengantuk.
HADITS-HADITS TENTANG BERBAGAI DZIKIR YANG SHAHIH
Sabda nabi SAW: “Ada 2 kalimat, yang sangat ringan di lidah, sangat
berat dalam timbangan amal, dan sangat dicintai oleh AR-RAHMAN, yaitu
SubhanaLLAHi wabihamdiHI subahanaLLAHil ‘azhim[1].”
Sabda nabi SAW: “Barangsiapa mengucapkan La ilaha illaLLAHu wahdaHU la
syarikalaHU, laHUl mulku wa laHUl hamdu wa HUWA ‘ala syai’in qadir
setiap hari 100 kali, maka bagaikan ia memerdekakan 10 orang budak dan
diberikan 100 kebaikan dan dihapuskan 100 keburukannya, dan Syaithan
tidak bisa mendekatinya pada hari itu sampai sore, dan tidak ada seorang
yang lebih baik darinya kecuali yang membaca lebih banyak darinya. Juga
dikatakan: Barangsiapa yang mengatakanSubhanaLLAH wa bihamdiHI setiap
hari 100 kali, maka dihapuskan dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di
lautan[2].”
Sabda nabi SAW: “Kebersihan itu sebagian dari Iman, mengucapkan
alhamduliLLAH itu memenuhi timbangan kebaikan, mengucapkan subahanaLLAH
wal hamduliLLAH itu memenuhi langit dan bumi[3].”
Perbuatan nabi SAW: “Adalah nabi SAW jika selesai salam dari shalatnya
beliau SAW membaca istighfar 3 kali, lalu membaca ALLAHumma ANTAS salamu
wa minKAs salamu tabarakTA ya DZAL Jalali wal Ikram[4].”
Perbuatan nabi SAW: “Adalah nabi SAW jika selesai shalat membaca ; La
ilaha illaLLAH wahdaHU la syarikalaHU, laHUl mulku wa laHUl hamdu waHUWA
‘ala kulli syai’in qadir, ALLAHumma la mani’a lima a’thaiTA wa mu’thiya
lima mana’TA wala yanfa’u dzal jaddi minkal jaddu[5].”
Dan sebagainya (bisa dilihat diberbagai kitab hadits shahih)
0 komentar:
Posting Komentar