1. Singa dan Pak Kyai
Konon
suatu ketika seorang Kyai tersesat di hutan setelah memberikan caramah
di desa terpencil. Di tengah hutan, ia bertemu seekor Singa yang
kelihatannya sangat lapar. Melihat singa yang besar itu pak kyai pun
berlutut dan berdoa “Tuhan, tolong tutuplah mulut Singa ini, agar dia
tidak bisa menerkam aku”. Ketika
selesai berdoa, ia melihat sang Singa juga sedang berdoa. Sang kyai pun
mengucap syukur, “Ya Allah, terima kasih. Kau telah memberiku seekor
Singa yang baik”. Sang Singa pun lalu berkata, “Betul, aku adalah Singa
yang baik. Aku selalu berdoa mengucap syukur sebelum menyantap
makananku, hmm… nyamm… nyamm..”.
.
2. Nikmatnya menemukan barang yang hilang
Habanaqah kehilangan unta. Ia memberi pengumuman kepada orang-orang : “Barangsiapa yang menemukan unta-ku, aku akan memberikan unta itu kepadanya.” , “Lho, kalau memang akan diberikan kepada yang menemukan, kenapa kau harus mencarinya?” tanya orang-orang tak habis pikir. “Kalian tidak tahu nikmatnya menemukan sesuatu yang hilang,” jawabnya.
.
Pada saat
yang lain, Habanaqah sedang menuntun seekor untanya sambil mencari-cari
sesuatu. Lalu ia mengatakan : “Siapapun yang menemukan untaku yang
hilang, akan kuberi dia dua ekor unta.” , “Kamu
kok malah mengganti seekor unta dengan dua ekor?” tanya orang-orang.
“Kalian tidak tahu nikmatnya menemukan barang yang hilang,” jawabnya.
.
3. Bertemu dengan satu atau seribu musuh sama saja
Bashar
bin Bard diberitahu bahwa si fulan berkata “Bertemu dengan satu atau
seribu musuh, bagiku sama saja.” , “Ya, dia benar. Karena ia akan
melarikan diri ketika bertemu dengan satu musuh seperti ketika bertemu
dengan seribu musuh.” Kata Bashar.
.
4. Legenda Sepatu dan Unta
Seorang
Arab Badui menawar sepasang sepatu kepada Hunain Al-Iskafi. Cukup lama
mereka tawar-menawar, tapi Arab badui itu tak juga membelinya. Itu
membuat Hunain marah, sehingga ia berpikir untuk melakukan sesuatu
sebagai balas dendam. Ia berjalan di jalan yang menurutnya pasti dilalui
oleh arab badui itu. Kemudian ia letakkan sepasang sepatu di bawah
pohon di pinggir jalan itu. Beberapa
meter sesudahnya ia letakkan satu lagi di tengah jalan, lalu ia
bersembunyi. Ketika arab badui itu melihat ada sebuah sepatu di bawah
pohon, ia berkata: “Sepatu ini mirip sepatu Hunain. Kalau ada
pasangannya pasti kuambil.” Karena tidak menemukan pasangannya, ia tidak
mengambilnya.
.
Tapi
ketika berjalan beberapa meter, ia menemukan satu sepatu lagi di tengah
jalan. Ia menyesal tidak mengambil sepatu tadi. Arab badui itu turun
dari untanya dan mengikatnya pada sebatang pohon untuk mengambil sepatu
yang sebelumnya tidak jadi diambil. Saat
itu, Hunain datang mengambil untanya. Arab badui itu akhirnya hanya
membawa pulang sepasang sepatu dan kehilangan untanya. Kisah ini
melahirkan pepatah arab “Ia pulang dengan hanya membawa sepasang sepatu
Hunain” sebagai ungkapan bagi orang yang pulang dengan tangan hampa.
.
5. Wanita Pengobral Cinta
Asy-Syaibani
mengatakan : “Dulu, di Irak ada seorang penyanyi wanita yang sering
didatangi Abu Nawas. Setiap kali ia datang, sang penyanyi itu
menampakkan kemesraan seolah ia memang hanya mencintai Abu Nawas. Tapi,
setiap kali datang ke tempat itu di lain hari, Abu Nawas selalu
melihatnya bermesraan dengan lelaki lain sambil mengobrol penuh canda.
Abu Nawas pun merangkai syair untuk perempuan itu :
.
“Wanita
itu memperlihatkan cintanya kepada semua lelaki. Ia juga menyambutnya
dengan salah satu penghormatan cinta suci. Aku mendatangi relung hatinya
untuk berlabuh, namun aku tak mendapatkan apa apa kecuali keluh. Hai
wanita yang tidak puas dengan satu tambatan jiwa. Bahkan tak puas dengan
seribu cinta. Tampak di mataku engkau adalah sisa kaum Nabi Musa. Yang
tak puas dengan satu macam makanan saja”.
.
6. Orang jelek memegang jenggot
Seorang
berwajah jelek memegang jenggot Jahizh. Tapi Jahizh tetap diam saja.
Maka orang itu pun berkata : “Hei, kenapa tidak mendoakanku?” , “Aku
tidak tega berdoa kepada Allah agar menghilangkan keburukan darimu.
Karena jika doaku dikabulkan, berarti kau akan kehilangan wajah,” jawab
Jahizh
.
7. Perantara doa yang banyak
Muthi’
bin Iyas menceritakan, “Suatu ketika, saya mengendarai keledai saya
menyebrangi salah satu jembatan di Baghdad. Saya berpapasan dengan
seorang buta yang mengira saya seorang prajurit. Lalu orang buta itu
berkata : “Ya Allah, lembutkanlah hati khalifah agar ia mau memberikan
rezeki kepada para prajuritnya. Lalu para prajurit itu berbelanja di
warung-warung, sehingga para pedagang mendapat keuntungan dan harta
mereka berlimpah. Dengan itu, mereka wajib mengeluarkan zakat, dan
mereka akan mengeluarkan zakat untuk hamba.” ,
.
“Pak, mohonlah kepada Allah agar dia memberimu rezeki. Jangan buat perantara sebanyak itu,” jawabku.
.
8. Syairnya seorang Gubernur
Seorang
gubernur merasa mampu menyusun syair. Suatu hari ia membacakan karya
syairnya di hadapan Abu Al-Ghusni. Lalu ia meminta komentar dari Abu
Al-Ghusni. “Syairku indah bukan?” , “Syair Tuan sungguh tidak indah,”
Jawab Abu Al-Ghusni. Mendengar komentar itu sang gubernur marah besar
dan memerintahkan para pengawalnya untuk memenjarakan Abu Al-Ghusni di
kandang kuda. Setelah satu bulan, Abu Al-Ghusni dibebaskan. Beberapa
hari setelah pembebasan itu, sang gubernur memanggilnya lagi dan kembali
membacakan karya syairnya yang terbaru. Setelah selesai, Abu Al-Ghusni
segera bangkit dari tempat duduknya dan berlari. Sang gubernur heran.
“Hei, mau ke mana?” , “Mau ke kandang kuda,” jawab Abu Al-Ghusni
.
9. Doa seorang yang berwajah kurang tampan
Abu
Al-Ghusni bercermin pada sebuah cermin. Saat melihat wajahnya yang tidak
rupawan ia berkata “Segala puji bagi Allah yang selain-Nya tidak memuji
kepada sesuatu yang tidak disukai.” seolah sedang membaca bacaan saat
bercermin
0 komentar:
Posting Komentar