Energi sedekah
Energi sedekah sangat
berpengaruh luar biasa bagi pelaku dan penerimanya, jika kita
mengulurkan tangan memberikan bantuan sedekah dengan ikhlas kepada orang
lain, maka antara kita dengan yang menerima bantuan sedekah sama-sama
tebentuk sebuah energi positif, yang secara umum bisa dikatakan bahwa
sedekah dapat mempererat silaturahmi.
Makna sedekah adalah cinta kasih kepada sesama, barangkali yang demikian
itulah sehingga agama dan aliran kepercayaan manapun mengenal dan
melakukan sedekah. Begitu pula orang-orang atheis, penganut animisme
maupun dinamisme juga melakukan perbuatan mulia yang dinamakan sedekah
tersebut.
Terlepas dari syariat agama, secara fitrah kita mendambakan cinta kasih
dari sesama manusia. Sebaliknya secara naluri kita akan sedih jika orang
lain membenci atau memusuhi kita. Wujud dan cinta kasih dalam islam
adalah sedekah, dimana sedekah menyimpan misteri dan membangkitkan
energi yang luar biasa.
Anak adam yang memberikan sedekah dengan tangan kanannya sementara
tangan kirinya tidak mengetahui lebih kuat dari seluruh ciptaan Tuhan.
Bersedekah dengan tangan kanan dan tangan kiri tidak tahu yang berarti
bersedekah tanpa mengharapkan apapun, tanpa pamer, niatnya sangat bersih
dan ikhlas hanya mengharap ridha Alloh SWT saja. Inilah energi sedekah
yang luar biasa.
Masih banyak orang yang belum bisa melakukan hal tersebut, sedekah yang
dilakukan masih mengandung unsur hawa nafsu, kecenderungan ingin dipuji,
ingin pamer dan ingin mendapat balasan dari yang menerimanya. Sedekah
yang demikian itulah yang kurang dapat memberikan kekuatan energi bagi
pemberi maupun yang menerimanya.
"Jika kamu menampakkan sedekahmu, maka itu adalah baik sekali. Dan jika
kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka
menyembunyikan itu lebih baik. Dan Alloh akan menghapuskan dari kamu
sebagian kesalahan-kesaalahmu, dan Alloh mengetahui apa yang kamu
kerjakan." QS.al-Baqarah 271.
Ulurkanlah sedekah dengan ikhlas, meskipun anda tidak mengharapkan
balasan tetapi secara otomatis Alloh SWT akan membalas pahala anda dan
secara otomatis pula orang yang kita beri akan membalasnya minimal
dengan ucapan terima kasih dan senyum yang tulus. Dibalik ucapan terima
kasih dan senyuman yang tulus itu sebetulnya tersimpan energi yang
sangat besar yang sewaktu-waktu akan membias kepada kehidupan kita.
Menjadi Kaya dengan Sedekah
Semua berawal dari perkataan teman tentang sedekah. Dia bercerita
tentang Ustad Yusuf Mansur yang menganjurkan sedekah untuk mendapatkan
tujuan kita. Dalam kondisinya, dia ingin segera menikahi tambatan
hatinya namun kekurangan biaya. Ia pun mulai bersedekah berdasarkan
jumlah nominal uang yang ia perlukan untuk membuat resepsi pernikahan
nanti.
Karena penasaran dengan Ustad Yusuf Mansur yang telah membuat teman saya
sangat terinspirasi itu, saya pun segera mencari informasi tentang
Ustad Yusuf Mansur. Ternyata saya menemukan film ‘Kun FayaKuun‘ yang
dibuat oleh Ustad Yusuf Mansur. Film ini bercerita tentang kehidupan
seorang tukang kaca yang jauh dari mencukupi, namun tukang kaca itu
tidak berputus asa dari rahmat Allah dan ia tetap bersedekah meskipun
kekurangan.
Film ini sangat menginspirasi saya sehingga malam itu juga saya
memutuskan besok pagi saya akan naik bis ke kantor agar bisa membeli
banyak barang yang ditawarkan ke saya di dalam bis dengan maksud
sedekah. Alhamdulillah, baru saja berniat seperti itu, besok paginya
saya diajak meeting mendadak oleh seseorang dan dari pembicaraan kami
telah lahir sebuah peluang yang nilainya ratusan kali lipat dari jumlah
yang saya niatkan untuk sedekah. Subhanallah, baru niat saja sudah
seperti itu! Saya pikir ini kebetulan, tapi waktu mendengarkan testimoni
ibu ini di YouTube, saya yakin ini bukan sekedar kebetulan.
Saya semakin penasaran dan membeli buku dengan judul ‘The Miracle of
Giving, Keajaiban Sedekah‘ yang ditulis oleh Ustad Yusuf Mansur sendiri.
Di dalam buku itu, disebutkan dalam Al-Qur’an Surat 6:160, Allah
menjanjikan balasan 10x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik. Bahkan
di dalam Al-Qur’an Surat: 2: 261, Allah menjanjikan balasan sampai 700 x
lipat. Selama ini terus terang saya nggak menyadarinya. Insya Allah
sedekah terus saya lakukan, tapi saya nggak pernah ‘menghitung’ dan
mengharapkan apa yang akan saya dapatkan nanti dari Allah. Saya tidak
menghubung-hubungkan rejeki yang saya terima dengan sedekah yang saya
lakukan, padahal itu berkaitan erat!
Di dalam buku ini, Ustad Yusuf Mansur berkata, apa yang sudah kita
ketahui ini akan menjadi ilmu buat kita. Sehingga jika kesusahan dalam
hal finansial, nggak susah-susah minta tolong orang lain, tapi langsung
minta tolong kepada Allah. Karena sadar dengan hal ini pun, saya jadi
berusaha untuk sedekah dengan lebih baik dan terencana.
Beberapa tips menjadi kaya dari masukan Ustad Yusuf Mansur:
1. Shalat Dhuha 4 rakaat (dilaksanakan dalam 2 rakaat – 2 rakaat) dapat membuka pintu rizqi
2. Meminta pada Allah saat Shalat Tahajjud
3. Memelihara dan memberi makan anak yatim
4. Sedekah 10% dari penghasilan, karena 2,5% saja tidak cukup
5. Sedekah 10% dari jumlah yang diinginkan. Dengan konsep ini, jika
kita ingin membeli rumah seharga Rp 100 juta, maka kita harus bersedekah
sekitar Rp 10 juta terlebih dahulu. Karena beginilah matematika sedekah
menurut Ustad Yusuf Mansur
10 – 1 = 19
Dalam matematika biasa memang 10 – 1 adalah 9. Namun karena Allah
menjanjikan balasan 10x lipat, maka minimal kita akan mendapatkan 19.
Jika perhitungan dilanjutkan maka akan seperti ini:
10 – 2= 28
10 – 3= 37
10 – 4= 46
10 – 5= 55
10 – 6= 64
10 – 7= 73
10 – 8= 82
10 – 9= 91
10 – 10= 100
Jadi sekarang agak ‘masuk akal’ kan jika ingin beli rumah Rp 100 juta maka harus bersedekah Rp 10 juta dulu :)
6. Tambahan dari saya mungkin bisa dicoba. Saya selama ini bersedekah
untuk sesuatu yang sifatnya dapat berlipat ganda. Misalnya, sedekah
untuk pendidikan anak, sedekah untuk alat ibadah, dll, yang kemungkinan
pahalanya dapat saya bawa hingga mati (karena terus mengalir).
Last but not least, kadang-kadang untuk bisa percaya, kita perlu
membuktikan. Mungkin dari pengalaman sendiri sudah banyak, tapi karena
nggak perhatian akhirnya kita lupa. Silahkan baca pengalaman-pengalaman
orang lain yang bersedekah dan merasakan manfaatnya di situs Wisata Hati
milik Ustad Yusuf Mansur. Selamat bersedekah!
UPDATE:
Pagi ini gue praktekin ilmu sedekah-nya di bis, dengan membeli
barang-barang yang tidak terlalu gue butuhkan plus menyantuni pengamen
dan peminta-minta yang terlihat memang tidak capable menolong dirinya
sendiri. Di sini gue ikhlas dan menghilangkan buruk sangka seperti,
“Dapet berapa tu orang sehari, jangan-jangan lebih kaya dari gue!”.
Kalau dihitung berarti hari ini ‘invest’ Rp 50.000 di dalam bis.
Kemudian pas sampai kantor, ngambil dokumen adek gue di lantai 1,
ternyata masi disuruh bayar Rp 400.000-an lagi dan karena mereka nggak
punya mesinnya gue disuruh ambil ATM dulu aja di depan. Meskipun bawaan
gue banyak banget dari di bis sampe kantor gue coba tahan nggak
ngedumel. Ternyata setelah gue ambil duit gue seperti nggak berkurang
malah bertambah. Langsung deg-degan.
Sampai kantor langsung cek Klik BCA and ada transferan senilai 20x
investasi gue tadi pagi dari arah yang tidak disangka-sangka. Jadi
teman-teman, ilmu baru ini terbukti dan teruji, jangan ragu lagi!
(www.salsabeela.com)
Keistimewaan Sedekah
( Renungan Bagi Orang Sakit )
Segala puji hanya milik Allah, kita selalu memujiNya dikala senang
maupun susah. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada
Rasulullah -yang pernah mengalami sakit dan tertimpa cobaan- , kepada
keluarga dan sahabat beliau yang penyabar lagi ridha terhadap taqdir Allah.
Pada zaman ini berbagai penyakit semakin menyebar dan banyak
macamnya. Bahkan beberapa penyakit tidak bisa ditangani oleh dokter dan
belum ditemukan obatnya, seperti kanker dan semisalnya, meskipun
sebenarnya obat penyakit tersebut ada. Allah tidak menciptakan suatu
penyakit, melainkan ada obatnya. Namun obat tersebut belum diketahui,
karena suatu hikm ah tertentu yang dikehendaki oleh Allah.
Mungkin penyebab utama banyaknya penyakit adalah banyaknya
kemaksiatan dan dilakukan dengan terang-terangan tanpa malu.
Kemaksiatan yang menyebar ditengah masyarakat dapat m embinasakan
mereka. Allah berfirman yang artinya:
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri" (Surat Asy Sura 30)
Diantara hikmah penyakit yang diderita seorang hamba adalah sebagai
ujian dari Allah kepadanya, dunia adalah tempat berseminya berbagai
musibah, kesedihan, kepedihan dan penyakit.
Ketika saya melihat orang sakit bergulat dengan rasa sakitnya dan
menyaksikan orang yang membutuhkan pertolongan dengan menahan rasa
perihnya, mereka telah melakukan berbagai macam ikhtiar namun mereka
melewatkan sebab penyembuhan yang hakekatnya dari Allah. Maka saya
tergerak menulis untuk sem ua orang yang sedang sakit, agar rasa duka dan
sedihnya lenyap, dan penyakitnya dapat terobati.
Wahai anda yang sedang sakit menahan lara, yang sedang gelisah
menanggung duka , yang tertimpa musibah dan bala, Semoga keselamatan
selalu tercurah kepadamu, sebanyak kesedihan yang menim pamu, sebanyak
duka nestapa yang kau rasakan.
Penyakitmu telah mem utuskan hubunganmu dengan manusia,
menggantikan kesehatanmu dengan penderitaan. Orang lain tertawa sedang
engkau menangis. Sakitmu tidak kunjung reda, tidurmu tidak nyenyak,
engkau berharap kesembuhan walau harus membayar dengan semua yang
engkau punya.
Saudaraku yang sedang sakit! Saya tidak ingin memperparah lukamu,
nam un saya akan memberimu obat mujarab dan membuatmu terlepas dari
derita yang bertahun tahun. Obat ini didapat dari sabda Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam
"
"
Obatilah orang yang sakit diantara kalian dengan sedekah
(Dihasankan oleh syaikh Albani dalam Shahihul Jam i')
Benar saudaraku, obatnya adalah sedekah dengan niat m encari
kesem buhan. Mungkin engkau telah banyak sedekah, namun tidak engkau
niatkan agar Allah menyembuhkanmu dari penyakit yang engkau derita.
Cobalah sekarang dan hendaknya engkau yakin bahwasanya Allah akan
menyembuhkanmu. Berilah makan orang fakir, atau tanggunglah beban anak
yatim, atau wakafkanlah hartamu, atau keluarkanlah sedekah jariahmu.
Sungguh sedekah dapat menghilangkan penyakit dan kesulitan, musibah
atau cobaan. Mereka dari golongan Allah yang diberi taufik oleh Allah telah
mencoba resep ini. Akhirnya m ereka mendapatkan obat ruhiyah yang lebih
mujarab dari obat jasmani. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga
mengobati dengan obat ruhiyah sekaligus obat ilahiyah. Para salafush shalih
juga mengeluarkan sedekah yang sepadan dengan penyakit dan musibah
yang menimpa mereka. Mereka m engeluarkan harta mereka yang paling
mereka cintai. Jangan kikir untuk dirimu sendiri, jika engkau memang memiliki
harta dan kemudahan. Inilah kesempatannya telah datang!!..
Dikisahkan bahwa Abdullah bin Mubarak pernah ditanya oleh seorang
laki-laki tentang penyakit yang menimpa lututnya semenjak tujuh tahun. Ia
telah mengobati lututnya dengan berbagai macam obat. Ia telah bertanya
pada para tabib, namun tidak menghasilkan apa-apa. Ibnul Mubarak pun
berkata kepadanya, "Pergilah dan galilah sumur, karena manusia sedang
membutuhkan air. Saya berharap akan ada mata air dalam sumur yang
engkau gali dan dapat m enyembuhkan sakit di lututmu. Laki-laki itu lalu
menggali sumur dan ia pun sembuh ."(Kisah ini terdapat dalam Shahihut
.
Targhib)
Seorang laki-laki pernah ditimpa penyakit kanker. Ia lalu mencari obat
keliling dunia, namun ia tidak mendapatkannya. Ia kemudian bersedekah
pada seorang janda yang mem iliki anak-anak yatim dan Allah pun
menyembuhkannya.
Kisah lain, orang yang mengalami kisah ini menceritakan kepadaku, ia
berkisah, "Anak perempuan saya yang masih kecil tertimpa penyakit di
tenggorokannya. Saya membawanya ke beberapa rum ah sakit. Saya
menceritakan penyakitnya kepada banyak dokter, namun tidak ada hasilnya.
Dia belum juga sembuh, bahkan sakitnya tambah parah. Ham pir saja saya
ikut jatuh sakit karena sakit anak perempuan saya yang mengundang iba
semua keluarga. Akhirnya dokter memberinya suntikan untuk mengurangi
rasa sakit, hingga kami putus asa dari semuanya kecuali dari rahmat Allah.
Hal itu berlangsung sampai datangnya sebuah harapan dan dibukanya pintu
kelapangan. Seorang shalih menghubungi saya dan menyam paikan sebuah
hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, "Obatilah orang sakit diantara
kalian dengan sedekah" (Dihasankan oleh Albani dalam Shahihul Jami') Saya
berkata, "Saya telah banyak bersedekah". Ia pun menjawab, "Bersedekahlah
kali ini dengan niat untuk kesembuhan anak perempuanmu". Sayapun
mengeluarkan sedekah sekedarnya untuk seorang fakir, namun tidak ada
perubahan. Saya kemudian mengabarinya dan ia berkata, "Engkau adalah
seorang yang banyak mendapatkan nikmat dan karunia dari Allah, hendaknya
engkau bersedekah sebanding dengan banyaknya hartamu". Sayapun pergi
pada kesempatan kedua, saya penuhi isi mobil saya dengan beras, ayam dan
bahan-bahan sembako dan makanan lainnya dengan menghabiskan uang
yang cukup banyak. Saya lalu m embagikannya kepada orang-orang yang
membutuhkan dan mereka senang dengan sedekah saya. Demi Allah saya
tidak pernah menyangka bahwa setelah saya mengeluarkan sedekah itu anak
saya tidak perlu disuntik lagi, anak saya sembuh total walhamdulillah. Saya
yakin bahwa faktor (yang menjadi sebab) paling besar yang dapat
menyembuhkan penyakit adalah sedekah. Sekarang sudah berlalu tiga tahun,
ia tidak merasakan penyakit apapun. Sem enjak itu saya banyak
mengeluarkan sedekah khususnya berupa wakaf. Setiap saat saya
merasakan hidup penuh kenikmatan, keberkahan, dan sehat sejahtera baik
pada diri pribadi maupun keluarga saya.
Saya mewasiatkan kepada semua orang sakit agar bersedekah
dengan harta mereka yang paling mereka cintai, dan m engeluarkan sedekah
terus menerus, niscaya Allah akan menyembuhkannya walaupun hanya
sebagian penyakit. Saya yakin kepada Allah dengan apa yang saya ceritakan.
Sungguh Allah tidak m elalaikan balasan untuk orang yang berbuat baik.
Kisah lainnya, diceritakan oleh pelakunya sendiri. Ia berkata,
"Saudara laki-laki saya pernah pergi ke suatu tempat. Ditengah jalan ia
berhenti. Sebelumnya ia tidak pernah m engeluh sakit apapun. Pada saat itu
tiba-tiba ia jatuh pingsan, seolah-olah peluru menembus kepalanya. Kami
mengira ia tertim pa al 'ain (sakit karena pengaruh mata dengki seseorang)
atau kanker atau penyempitan pembuluh darah. Kami lalu membawanya ke
berbagai klinik dan rumah sakit. Kami melakukan berbagai macam
pem eriksaan dan roentgen. Hasilnya, kepalanya normal saja, namun ia
mengeluh sakit yang membuatnya tidak bisa berbaring. Juga tidak bisa tidur
dan hal ini berlangsung lama. Bahkan jika sakitnya parah, ia tidak bisa
bernapas apalagi berbicara.
Saya lalu bertanya kepadanya, "Apakah engkau mempunyai harta yang bisa
kami sedekahkan? Semoga Allah menyembuhkanmu". Ia menjawab, "Ada".
Lalu ia memberiku kartu ATM dan aku cairkan dari kartu tersebut sekitar tujuh
belas juta rupiah. Setelah itu saya menghubungi salah seorang yang shalih
yang mengenal beberapa orang fakir, agar ia membagikan uang tersebut
kepada mereka. Saya bersumpah demi Allah yang maha mulia, saudara saya
sembuh dari sakitnya pada hari itu juga, sebelum orang-orang fakir itu
menerima harta titipan tersebut. Saya benar-benar yakin bahwa sedekah
mempunyai pengaruh yang besar bagi kesembuhan penyakit seseorang.
Sekarang sudah berlalu satu tahun, ia sama sekali tidak mengeluhkan sakit di
kepalanya lagi, alhamdulillah. Dan saya wasiatkan kepada kaum muslilimin
agar mengobati penyakit mereka dengan sedekah.
Berikut kisah lainnya, pelakunya sendiri yang menceritakan kisah ini.
Ia berkata, "Anak perempuan saya menderita sakit demam dan panas. Ia
tidak mau makan. Saya mem bawanya ke beberapa klinik, namun panasnya
masih tinggi dan keadaannya semakin memburuk. Saya masuk rumah
dengan gelisah. Saya bingung apa yang harus saya perbuat. Istri saya
berkata, "Kita akan bersedekah untuknya". Saya lalu menghubungi seseorang
yang mengenal orang-orang miskin. Saya berkata kepadanya, "Saya harap
anda datang shalat bersama saya di masjid. Ambillah dua puluh kantong
beras dan dua puluh kotak ayam di tempat saya, lalu bagikanlah kepada
orang-orang yang membutuhkan". Saya bersumpah demi Allah dan saya
tidak melebih-lebihkan cerita, lima menit setelah saya menutup telpon, tiba-
tiba saya melihat anak saya menggerak-gerakkan kaki dan tangannya,
berm ain dan melompat diatas tempat tidur. Ia pun makan hingga kenyang
dan sembuh total. Ini semua berkat karunia Allah kemudian sebab sedekah.
Saya wasiatkan semua orang untuk mengeluarkan sedekah ketika tertimpa
penyakit."
Marilah saudaraku, pintu telah terbuka, tanda kesembuhan telah
tampak di depanmu. Bersedekahlah dengan sungguh-sungguh dan
percayalah kepada Allah. Jangan seperti orang yang melalaikan resep yang
mujarab ini, hingga ia tidak mengeluarkan sebagian hartanya untuk
bersedekah lagi. Padahal bertahun-tahun ia menderita sakit dan mondar
mandir ke dokter untuk mengobati penyakitnya, dengan merogoh banyak
uang dari sakunya.
Jika engkau telah mencoba resep ini dan engkau sembuh, jadilah
orang yang selalu menolong orang lain dengan harta dan usahamu. Jangan
engkau m embatasi diri dengan sedekah untuk dirimu sendiri, namun obatilah
penyakit orang-orang yang sakit dari keluargama dengan sedekah. Jika
engkau tidak sembuh total, ketahuilah engkau sebenarnya telah disembuhkan
walau sedikit. Keluarkan sedekah lagi, perbanyak sedekah semampumu. Jika
engkau masih belum sembuh, mungkin Allah memperpanjang sakitmu untuk
sebuah hikmah yang dikehendakiNya atau karena kemaksiatan yang
menghalangi kesembuhanmu. Jika dem ikian cepatlah bertaubat dan
perbanyak doa di sepertiga malam terakhir.
Sedangkan bagi anda yang diberikan nikmat sehat oleh Allah, jangan
tinggalkan sedekah dengan alasan engkau sehat. Seperti halnya orang yang
sakit bisa sembuh maka orang sehatpun bisa sakit. Sebuah pepatah
mengatakan, "Mencegah lebih baik dari mengobati."
Apakah engkau akan menunggu penyakit hingga engkau berobat dengan
sedekah? Jawablah…! Kalau begitu bersegeralah bersedekah…
Sumber:
Buletin dakwah terbitan yayasan al sofwah Jakarta dengan sedikit
perubahan redaksi
Infak vs Zakat vs Sedekah
"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik" (Q.S.
Al-Baqarah 2:195)
"Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia; dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah." (Q.S.Al Hasyr 59:7)
Zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai
syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan
diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu
pula.
Setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci, bersih,
baik, berkah, tumbuh, dan berkembang (at-Taubah: 103, dan ar-Rum: 39).
Persyaratan harta yang wajib dizakatkan itu:
1. Harta itu dikuasai secara penuh dan dimiliki secara sah, yang didapat
dari usaha, bekerja, warisan, atau pemberian yang sah, dimungkinkan
untuk dipergunakan, diambil manfaatnya, atau kemudian disimpan. Di luar
itu, seperti hasil korupsi, kolusi, suap, atau perbuatan tercela
lainnya, tidak sah dan tak akan diterima zakatnya. HR Muslim, Rasulullah
bersabda bahwa Allah SWT tidak akan menerima zakat/sedekah dari harta
yang ghulul (didapatkan dengan cara batil).
2. Harta yang berkembang jika diusahakan atau memiliki potensi untuk
berkembang, misalnya harta perdagangan, peternakan, pertanian, deposito
mudharabah, usaha bersama, obligasi, dan lain sebagainya.
3. Telah mencapai nisab, harta itu telah mencapai ukuran tertentu.
Misalnya, untuk hasil pertanian telah mencapai jumlah 653 kg, emas/perak
telah senilai 85 gram emas, perdagangan telah mencapai nilai 85 gram
emas, peternakan sapi telah mencapai 30 ekor, dan sebagainya.
4. Telah melebihi kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan minimal yang
diperlukan seseorang dan keluarganya yang menjadi tanggungan nya untuk
kelangsungan hidupnya.
5. Telah mencapai satu tahun (haul) untuk harta-harta tertentu, misalnya
perdagangan. Akan tetapi, untuk tanaman dikeluarkan zakatnya pada saat
memanennya (Q.S. Al-An'am: 141).
Perbedaan antara infak, zakat dan sedekah :
Infak berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/
penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.
Jika zakat ada nisabnya, infak tidak mengenal nisab. Jika zakat harus
diberikan pada mustahik tertentu (8 asnaf) maka infak boleh diberikan
kepada siapapun juga, misalnya untuk kedua orangtua, anak yatim, dan
sebagainya (Q.S. Al-Baqarah: 215).
Infak dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang
berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia di saat lapang maupun
sempit (Q.S Ali Imran: 134).
Pengertian sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hukum dan
ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infak berkaitan dengan materi,
sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang
bersifat non materiil.
HR Muslim dari Abu Dzar, Rasulullah menyatakan bahwa jika tidak mampu
bersedekah dengan harta maka membaca tasbih, membaca takbir, tahmid,
tahlil, berhubungan suami-isteri, dan melakukan
kegiatan amar ma'ruf nahi munkar adalah sedekah.
Seringkali kata-kata sedekah dipergunakan dalam Al Qur'an, tetapi maksud sesungguhnya adalah zakat, (Q.S At-Taubah: 60 dan 103).
Jika seseorang telah berzakat tetapi masih memiliki kelebihan harta, sangat dianjurkan sekali untuk berinfak atau bersedekah.
Berinfak adalah ciri utama orang yang bertakwa (al-Baqarah: 3 dan Ali
Imran: 134), ciri mukmin yang sungguh-sungguh imannya (al-Anfal: 3-4),
ciri mukmin yang mengharapkan keuntungan abadi (al-Faathir: 29).
Berinfak akan melipatgandakan pahala di sisi Allah (al-Baqarah: 262).
"Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al Qur'an, (supaya jelas jalan
orang-orang yang saleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang
berdosa. (Q.S.Al An'am 6: 55)
-------------
Sumber: Panduan Praktis tentang Zakat, Infak, Sedekah.
oleh : drs. K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc.
Manfaat Sedekah
KEMATIAN BISA DIUNDUR
(Yusuf Mansur)
Kematian memang di tangan Allah. Maka ada satu hal yang bisa membuat
kematian menjadi sesuatu yang bisa ditunda, yaitu kemauan bersedekah,
kemauan berbagi dan peduli.
SUATU hari, Malaikat Kematian mendatangi Nabiyallah Ibrahim, dan
bertanya, “Siapa anak muda yang tadi mendatangimu wahai Ibrahim?”
“Yang anak muda tadi maksudnya?” tanya Ibrahim. “Itu sahabat sekaligus muridku.”
“Ada apa dia datang menemuimu?”
“Dia menyampaikan bahwa dia akan melangsungkan pernikahannya besok pagi.”
“Wahai Ibrahim, sayang sekali, umur anak itu tidak akan sampai besok
pagi.” Habis berkata seperti itu, Malaikat Kematian pergi meninggalkan
Nabiyallah Ibrahim. Hampir saja Nabiyallah Ibrahim tergerak untuk
rriemberitahu anak muda tersebut, untuk menyegerakan pernikahannya malam
ini, dan memberitahu tentang kematian anak muda itu besok. Tapi
langkahnya terhenti. Nabiyallah Ibrahim memilih kematian tetap menjadi
rahasia Allah.
Esok paginya, Nabiyallah Ibrahim ternyata melihat dan menyaksikan bahwa
anak muda tersebut tetap bisa melangsungkan pernikahannya.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan
tahun berganti tahun, Nabiyallah Ibrahim malah melihat anak muda ini
panjang umurnya.
Hingga usia anak muda ini 70 tahun, Nabiyallah Ibrahim bertanya kepada
Malaikat Kematian, apakah dia berbohong tempo hari sewaktu menyampaikan
bahwa anak muda itu umurnya tidak akan sampai besok pagi? Malaikat
Kematian menjawab bahwa dirinya memang akan mencabut nyawa anak muda
tersebut, tapi Allah menahannya.
“Apa gerangan yang membuat Allah menahan tanganmu untuk tidak mencabut nyawa anak muda tersebut, dulu?”
“Wahai Ibrahim, di malam menjelang pernikahannya, anak muda tersebut
menyedekahkan separuh dari kekayaannya. Dan ini yang membuat Allah
memutuskan untuk memanjangkan umur anak muda tersebut, hingga engkau
masih melihatnya hidup.”
Saudara-saudaraku, pembaca “Kajian WisataHati” dimanapun Anda berada,
kematian memang di tangan Allah. justru itu, memajukan dan memundurkan
kematian adalah hak Allah. Dan Allah memberitahu lewat kalam Rasul-Nya,
Muhammad shalla `alaih bahwa sedekah itu bisa memanjangkan umur. jadi,
bila disebut bahwa ada sesuatu yang bisa menunda kematian, itu
adalah…sedekah.
Maka, tengoklah kanan-kiri Anda, lihat-lihatlah sekeliling Anda. Bila
Anda menemukan ada satu-dua kesusahan tergelar. maka sesungguhnya
Andalah yang butuh pertolongan. Karena siapa tahu kesusahan itu digelar
Allah untuk memperpanjang umur Anda. Tinggal apakah Anda bersedia
menolongnya atau tidak. Bila bersedia, maka kemungkinan besar memang
Allah akan memanjangkan umur Anda.
Saudara-saudaraku sekalian, tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan
ajalnya akan sampai. Dan, tidak seseorangpun yang mengetahui dalam
kondisi apa ajalnya tiba. Maka mengeluarkan sedekah bukan saja akan
memperpanjang umur, melainkan juga memungkinkan kita meninggal dalam
keadaan baik. Bukankah sedekah akan mengundang cintanya Allah? Sedangkan
kalau seseorang sudah dicintai oleh Allah, maka tidak ada masalahnya
yang tidak diselesaikan, tidak ada keinginannya yang tidak dikabulkan,
tidak ada dosanya yang tidak diampunkan, dan tidak ada nyawa yang
dicabut dalam keadaan husnul khatimah.
Mudah-mudahan Allah berkenan memperpanjang umur, sehingga kita semua
berkesempatan untuk mengejar ampunan Allah dan mengubah segala kelakuan
kita, sambil mempersiapkan kematian datang.
Sampai ketemu di pembahasan berikutnya. Insya Allah, kita masih membahas
“sedikit tentang menunda umur, tapi kaitannya dengan
kesulitan-kesulitan hidup yang kita hadapi “.
Salam, Yusuf Mansur.
Salam Wisata Hati.
“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa
yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada
siang hari untuk disempurnakan umur yang telah ditentukan, kemudian
kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang
dahulu kamu kerjakan” (An-Nisaa: 78) -
www.tausiyah275.blogsome.com
Bersedekah yang Paling Utama
Dalam sebuah hadits terdapat penjelasan Rasulullah shollallahu ’alaih
wa sallam mengenai aktifitas bersedekah yang paling utama alias afdhol.
Tidak semua bentuk bersedekah bernilai afdhol. Bagi orang yang berusia
muda dan sedang energik tentunya bersedekah memiliki nilai lebih tinggi
di sisi Allah daripada bersedekahnya seorang yang telah lanjut usia,
sakit-sakitan, dan sudah menjelang meninggal dunia.
Untuk itulah Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memberikan gambaran kepada ummatnya mengenai sedekah yang paling afdhol.
“Seseorang bertanya kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam: “Wahai
Rasulullah, sedekah apakah yang paling afdhol?” Beliau menjawab: “Kau
bersedekah ketika kau masih dalam keadaan sehat lagi loba, kau sangat
ingin menjadi kaya, dan khawatir miskin. Jangan kau tunda hingga ruh
sudah sampai di kerongkongan, kau baru berpesan :”Untuk si fulan sekian,
dan untuk si fulan sekian.” Padahal harta itu sudah menjadi hak si
fulan (ahli waris).” (HR Bukhary)
Coba lihat betapa detilnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam
menggambarkan ciri orang yang paling afdhol dalam bersedekah.
Sekurangnya kita temukan ada empat kriteria: (1) Dalam keadaan sehat
lagi loba alias berambisi mengejar keuntungan duniawi; (2) dalam keadaan
sangat ingin menjadi kaya; (3) dalam keadaan sangat khawatir menjadi
miskin dan (4) tidak dalam keadaan sudah menjelang meninggal dunia dan
bersiap-siap membuat aneka wasiat soal harta yang bakal terpaksa
ditinggalkannya.
Pertama, orang yang paling afdhol dalam bersedekah ialah orang yang
dalam keadaan sehat lagi loba alias tamak alias berambisi sangat
mengejar keuntungan duniawi.
Artinya, ia masih muda lagi masa depan hidupnya masih dihiasi aneka
ambisi dan perencanaan untuk menjadi seorang yang sukses, mungkin dalam
karirnya atau bisinisnya.
Dalam keadaan seperti ini biasanya seseorang akan merasakan kesulitan
dan keengganan bersedekah karena segenap potensi harta yang ia miliki
pastinya ingin ia pusatkan dan curahkan untuk modal menyukseskan
berbagai perencanaan dan proyeknya.
Dengan dalih masih dalam tahap investasi, maka ia akan selalu menunda
dan menunda niat bersedekahnya dari sebagian harta yang ia miliki.
Karena setiap ia memiliki kelebihan harta sedikit saja, ia akan segera
menyalurkannya ke pos investasinya.
Setiap uang yang ia miliki segera ia tanam ke dalam bisnisnya dan ia
katakan ke dalam dirinya bahwa jika ia bersedekah dalam tahap tersebut
maka sedekahnya akan terlalu sedikit, lebih baik ditunda bersedekah
ketika nanti sudah sukses sehingga bisa bersedekah dalam jumlah
”signifikan” alias berjumlah banyak. Akhirnya ia tidak kunjung pernah
mengeluarkan sedekah selama masih dalam masa investasi tersebut.
Kedua, bersedekah ketika dalam keadaan sedang sangat ingin menjadi kaya.
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam seolah ingin menggambarkan bahwa
orang yang dalam keadaan tidak ingin menjadi kaya berarti bersedekahnya
kurang bernilai dibandingkan orang yang dalam keadaan berambisi menjadi
kaya. Sebab bila seorang yang sedang berambisi menjadi kaya bersedekah
berarti ia bukanlah tipe orang yang hanya ingin menikmati kekayaan untuk
dirinya sendiri.
Ia sejak masih bercita-cita menjadi kaya sudah mengembangkan sifat dan
karakter dermawan. Hal ini menunjukkan bahwa jika Allah izinkan dirinya
benar-benar menjadi orang kaya, maka dalam kekayaan itu dia bakal selalu
sadar ada hak kaum yang kurang bernasib baik yang perlu diperhatikan.
Sekaligus kebiasaan bersedekah yang dikembangkan sejak seseorang baru
pada tahap awal merintis bisnisnya, maka hal itu mengindikasikan bahwa
si pelaku bisnis itu sadar sekali bahwa rezeki yang ia peroleh
seluruhnya berasal dari Yang Maha Pemberi Rezeki, Allah Ar-Razzaq.
Hal ini sangat berbeda dengan orang kaya dari kaum kafir seperti Qarun,
misalnya. Qarun adalah tokoh kaya di zaman dahulu yang di dalam meraih
keberhasilan bisnisnya menyangka bahwa kekayaan yang ia peroleh
merupakan buah dari kepiawaiannya dalam berbisnis semata.
Ia tidak pernah mengkaitkan kesuksesan dirinya dengan Yang Maha Pemberi Rezeki, Allah swt.
“Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku".(QS Al-Qshshash ayat 78)
Ketiga, sedekah menjadi afdhol bila si pemberi sedekah berada dalam
keadaan khawatir menjadi miskin. Walaupun ia dalam keadaan khawatir
menjadi miskin, namun hal ini tidak mempengaruhi dirinya. Ia tetap
berkeyakinan bahwa bersedekah dalam keadaan seperti itu merupakan bukti
ke-tawakkal-annya kepada Allah.
Ia sadar bahwa jika Allah kehendaki, maka mungkin sekali dirinya menjadi
kaya atau menjadi miskin. Itu terserah Allah. Yang pasti keadaan apapun
yang dialaminya tidak mempengaruhi sedikitpun kebiasaannya bersedekah.
Ia sudah menjadikan bersedekah sebagai salah satu karakter penting di
dalam keseluruhan sifat dirinya. Persis gambarannya seperti orang
bertaqwa di dalam Al-Qur’an:
”... yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit.” (QS Ali Imran ayat 133-134)
Keempat, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sangat mewanti-wanti agar
jangan sampai seseorang baru berfikir untuk bersedekah ketika ajal sudah
menjelang. Sehingga digambarkan oleh beliau bahwa orang itu kemudian
baru menyuruh seorang pencatat menginventarisasi siapa-siapa saja fihak
yang berhak menerima harta miliknya yang hendak disedekahkan alias
diwasiatkan.
Ini bukanlah bentuk bersedekah yang afdhol. Sebab pada hakikatnya,
seorang yang bersedekah ketika ajal sudah menjelang, berarti ia
melakukannya dalam keadaan sudah dipaksa oleh keadaan dirinya yang sudah
tidak punya pilihan lain.
Bila seseorang bersedekah dalam keadaan ia bebas memilih antara
mengeluarkan sedekah atau tidak, berarti ia lebih bermakna daripada
seseorang yang bersedekah ketika tidak ada pilihan lainnya kecuali harus
bersedekah.
Itulah sebabnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam lebih menghargai orang
yang masih muda lagi sehat bersedekah daripada orang yang sudah tua dan
menjelang ajal baru berfikir untuk bersedekah.
Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa
bersedekah yang paling afdhol. Terimalah, ya Allah, segenap infaq dan
sedekah kami di jalanMu. Amin . - www.eramuslim.com
Keajaiban Sedekah Untuk Bisnis Kita
Sedekah
menyimpan misteri tersendiri bagi umat manusia. Sedekah bisa
mendatangkan berkah, bahkan terkadang berkah itu nyata. Banyak yang
sudah membuktikan hal ini. Silahkan aja anda “googling”. Lalu bagaimana
jika bisnis kita dihiasi juga dengan sedekah? Hemmm pasti akan indah.
Berkah pasti akan selalu tercurahkan pada bisnis anda.
Saya ingat betul, pada tahun
2000 an saya pernah kecewa dengan yang namanya sedekah. Bayangkan, saya
punya sebuah bisnis yang menghasilkan banyak profit waktu itu. Setelah
membaca sebuah buku yang membahas tentang sedekah, saya pun
mempraktekkan. Eh, hasilnya tidak seperti yang dituliskan di buku.
Malahan usaha saya semakin merosot dan akhirnya tutup. Tapi akhirnya
saya sadar, saya tidak mau berburuk sangka kepada Allah. Saya tetap
berfikir positif menghadapi masalah ini, dan akhirnya semua saya
kembalikan pada Allah. Mungkin saya kurang iklas, atau memang Allah
punya rencana lain yang lebih bagus bagi bisnis saya ke depan.
Akhirnya sedekah benar-benar
terbukti bagi saya. Saat saya menjual inventaris kantor, saya banyak
bertemu dengan orang-orang yang memberi inspirasi bisnis baru bagi
saya. Beberapa orang bekerjasama dengan saya dan beberapa yang lain
saya ambil sebagai ide bisnis usaha saya yang lain.
Dari pengalaman saya di atas,
akhirnya bisa saya ambil kesimpulan; iklas dan tetap berfikir positif
adalah kunci utama bersedekah untuk kelancaran bisnis kita. Jika efek
sedekah tidak kita rasakan sekaligus seperti cerita kebanyakan orang,
pasti akan kita rasakan saat kita benar-benar membutuhkannya. Ingat
Allah sudah berjanji untuk melipat gandakan setiap sedekah yang telah
kita keluarkan, sekecil apapun itu.